Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin
Za’im
Ghufran-CGP Angkatan 9-Gunungkidul DIY
Pemantik :
- Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan
proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari saat ini?
Dari kutipan diatas tersirat bahwa
proses pembelajaran tidak saja mengajarkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan
tetapi yang lebih utama adalah nilai-nilai kebajikan atau nilai karakter dari
pengetahuan dan ketrampilan yang diperolehnya itu dapat tersermin dalam diri
murid, dalam tindakan murid. Nilai-nilai karakter itu akan menjadi pegangan
hidup murid dalam memperjuangan keberhasilannya dalam kehidupan bermasyarakat.
Di dalam membuat keputusan juga diharapkan berpegang pada nilai-nilai kebajikan
seperti cinta dan kasih saying, tanggung jawab, keadilan, persatuan.
- Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang
kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada
lingkungan kita?
Di dalam pengambilan keputusan kita
harus berpijak pada nilai-nilai kebajikan universal dan juga mempertimbangkan
paradigma dalam pengambilan kepeutusan, prinsip dan bahkan apa yang kita
putuskan harus diuji agar dampak yang ditimbulkan akibat keputusan yang diambil
dapat diterima oleh semua pihak tanpa melanggar aturan. Prinsip yang dianut
diantaranya Berpikir berdasar hasil akhir, peraturan dan juga rasa peduli
terhadap lingkungan sekitar.
- Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin
pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam
pengambilan keputusan Anda?
Seorang pemimpin pembelajaran harus
melihat tidak hanya dari satu sisi, harus membuat keputusan yang berpihak pada
kebutuhan murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal. Keputusan yang
diambil tidak merugikan kepentingan murid untuk masa depanya serta dapat
menjadi contoh atau teladan murid.
Menurut Anda,
apakah maksud dari kutipan ini jika dihubungkan dengan proses pembelajaran yang
telah Anda alami di modul ini? Jelaskan pendapat Anda.
Education is the art of making man ethical.Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~
Tujuan pendidikan adalah menjadikan
manusia memiliki etika dan moral dalam bertindak dan mengambil keputusan.
Pendidikan akan membuat manusia yang mampu memanusiakan manusia yang selalu
berpang pada etika dan moral.
RANGKUMAN KESIMPULAN PEMBELAJARAN KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1
- Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Ki Hajar Dewantara dengan
filsofi triloka memiliki pengaruh bagaimana seorang guru memngambil keputusan sebagai
pemimpin pembelajaran. Semboyan yang pernah dicetuskan oleh KHD dan sampai saat
ini masih menjadi landasan berpijak pendidik adalah Ing Ngarso Sung Tulodho
(Seorang pemimpin harus mampu memberi tauladan), Ing Madya Mangunkarsa (Seorang
pemimpin juga harus mampu memberikan dorongan, semangat dan motivasi dari
tengah), Tut Wuri handayani (Seorang pemimpin harus mampu memberi dorongan dari
belakang), yang artinya adalah Seorang pemimpin (Guru) harus mampu memberikan
teladan dan memberikan semangat dan motivasi dari tengah juga mampu memberikan
dorongan dari belakang untuk kemajuan seorang muridnya. Semboyan yang
fenomenal dan memiliki makna mendalam dapat kita jadikan landasan dalam setiap
pengambilan keputusan selalu berpihak kepada murid untuk menjadikan generasi
cerdas dan berkarakter profil pelajar Pancasila. Hal ini dapat kita lakukan
selama proses pembelajaran di sekolah. Tidak hanya konten kurikulum namun
transfer nilai -nilai kebajikan dapat kita sampaikan secara terus menerus
dengan eksplisit pada pembelajaran dan keteladanan disetiap pengambilan
keputusan. Proses pengambilan keputusan yang bertanggungjawab dan humanis
- Bagaimana nilai-nilai yang tertanam
dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam
pengambilan suatu keputusan?
Proses pengambilan
keputusan yang bertanggung jawab, dan kompetensi kesadaran diri (self
awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran
sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan
sosial (relationship skills) akan mewujudkan Tut
wuri handayani dengan memberikan dorongan secara moril maupun materil
bagi semua warga sekolah tak terkecuali murid-murid kita. Nilai-nilai kebajikan
yang tertanam dalam diri pendidik akan mewarnai setiap pengambilan keputusaan.
Sebagai manusia yang beragama, kita yakin apapun yang kita lakukan, kelak
akan dimintai pertanggungjawaban, begitu pula dengan pengambilan keputusan.
Nilai kejujuran, integritas sebagi pendidik akan tergambar dalam keteladanan
dan kebijakan – kebijakan yang diambil dalam setiap keputusan
- Bagaimana materi pengambilan
keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang
diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran
kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita
ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah
ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan
tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’
yang telah dibahas pada sebelumnya
Sebagai
pendidik, guru harus memiliki keterampilan coaching. Hal ini sangat membantu
dalam pengambilan keputusan. Pendampingan kegiatan ‘coaching’
(bimbingan) oleh fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran sangat
efektif membentu pemahaman saya, terutama dalam pengujian pengambilan
keputusan. Beberapa contoh praktik coaching yang baik memberi gambaran utuh
untuk dapat diterapkan di sekolah. Keputusan-keputusan dengan teknik coaching
yang berlandaskan etika, nilai-nilai kebajikan, sesuai dengan visi misi sekolah
yang berpihak pada murid dan menciptakan budaya positif dilingkungan sekolah.
Teknik coaching dengan kesetaraan tidak menggurui akan menimbulkan rasa
nyaman sehingga coach mampu mengidentifikasi permasalahan dan dapat
menyampaikan pertanyaan berbobot dari coachee. Coachee dapat menyampaikan
hambatan – hambatan dan dapat menemukan solusi yang sesuai karena coach mampu
menjadi penedengar yang baik. Hal ini penting karena pada akhirnya
menciptakan situasi kondusif dan dapat meningkatkan kompetensi peserta didik
dan tenaga pendidik. Keterampilan coaching juga dapat menumbuhkan kreativitas
dan inovasi peserta didik. Dengan coaching guru dapat mengatasi permasalahan
yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran. Sebagai coach yang baik guru
memiliki harapan seluruh siswanya dapat menjalankan seluruh tugas dan kewajiban
yang diberikan di sekolah sesuai dengan kodrat zaman dan kodrat alam.
- Bagaimana kemampuan guru dalam
mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh
terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Kemampuan guru dalam
mengelola dan menyadari sosial emosional sangat mempengaruhi pengambilan
keputusan. “BAPER” dapat
mewarnai setiap keputusan yang diambil, namun pendidik menyadari setiap
keputusan wajib berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan serta regulasi
yang ada dan melakukan 9 langkah pengambilan keputusan. Sehingga dengan kedua
dasar tersebut kita dapat membedakan dilemma etika atau bujukan moral. Sosial
emosional akan menumbuhkan empati dan simpati bagi kita sebagai pendidik.
Dengan simpati dan empati kita dapat merasakan apa yang peserta didik alami,
dan kita dapat mengidentifikasi permasalahan dengan bijaksana, sehingga dalam
pengambilan keputusan kita dapat menggiring murid menciptakan terobosan yang
inifatif dan kreatif sebagai alternatif solusi dalam setiap pengambilan
keputusan. Sebagai pemimpin pembelajaran setiap keputusan harus berpihak pada
murid, berbasis etika dan nilai kebajikan dengan memetakan 4 paradigma dilema
etika yaitu individu vs masyarakat, rasa keadilan vs rasa kasihan, kebenaran vs
kesetiaan dan jangka pendek vs jangka panjang. Pengambilan keputusan juga
berpegang pada 3 prinsip pengambilan keputusan yaitu prinsip berbasis hasil
akhir, prinsip berbasis peraturan, dan prinsip berbasis rasa peduli. Serta
dipadukan dengan 9 langkah pengambilan keputusan. Sembilan keputusan tersebut
yaitu:
- Mengenali nilai-nilai yang saling
bertentangan
- Menentukan siapa saja yang terlibat
- Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan
- Pengujian benar atau salah yang
didalamnya terdapat uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman
depan koran, uji keputusan panutan/idola
- Pengujian paradigma benar lawan benar
- Prinsip Pengambilan Keputusan
- Investigasi Opsi Trilemma
- Buat Keputusan
- Tinjau lagi keputusan Anda dan
refleksikan
- Bagaimana pembahasan studi kasus yang
fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut
seorang pendidik?
Pembahasan studi kasus
yang fokus pada masalah moral atau etika akan semakin mengasah empati dan
simpati seorang pendidik. Empati dan simpati yang terlatih akan mampu
mengidentifikasi dan memetakan paradigma dilema etika agar pengambilan
keputusan sebagai pemimpin pembelajaran lebih bijak. Tentu saja rasa empati dan
pengelolaan diri dengan kesadaran penuh (Mindfulness) akan sangat
berpengaruh dalam pengambilan keputusan tersebut. Selain itu pembahasan
studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika juga dapat melatih
ketajaman dan ketepatan dalam pengambilan keputusan, sehingga dapat dengan
jelas membedakan antara dilemma etika ataukah bujukan moral. Keputusan yang
diambil akan semakin akurat dan menjadi keputusan yang dapat mengakomodir
kebutuhan murid dan menciptakan keselamatan dan kebahagian semua pihak
berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan kebajikan.
- Bagaimana pengambilan keputusan yang
tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif,
kondusif, aman dan nyaman.
Keputusan yang kita ambil
akan berdampak pada imlementasi pembelajaran dan mempengaruhi situasi di
sekolah. Setiap keputusan yang kita ambil harus tepat dan bijak berlandaskan
nilai-nilai kebajikan, keteladanan, bijaksana dan tidak melanggar norma. Dengan
landasan tersebut kita dapat menciptakan lingkungan yang positif, kondusif,
aman dan nyaman.Sehingga murid-murid dapat belajar dengan baik dan dapat
mengembangkan kompetensinya. Terwujudnya murid yang Bahagia, cerdas dan
berkarakter.
- Apakah tantangan-tantangan di
lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap
kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma
di lingkungan Anda?
Pengambilan keputusan
berlandaskan tiga prinsip penyelesaian dilema, mana yang akan dipakai
apakah Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir
Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) ataukah Berpikir Berbasis Rasa Peduli
(Care-Based Thinking). Semua tergantung situasi dan kondisi yang
ada. Namun setiap keputusan pasti ada resiko, pro dan kontra,
hal ini menjadi salah satu tantangan. Tantangan yang saya hadapi dalam
pengambilan keputusan terhadap kasus – kasus dilemma etika adalah tidak dapat
memuaskan semua pihak sehingga ini merupakan satu ganjalan bagi saya. Namun 9
langkah pengambilan keputusan yang saya coba lakukan dapat meminimalkan
perasaan tidak nyaman dan keputusan yang saya ambil dapat diterima oleh semua
pihak.
- Apakah pengaruh pengambilan keputusan
yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?
Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita
yang berbeda-beda?
Pengaruh pengambilan
keputusan yang kita ambil dengan pengajaran memerdekakan murid -murid kita
adalah merdeka belajar. Merdeka belajar artinya murid bebas mencapai
kesusksesan, kebahagiaan sesuai minat dan potensinya tanpa ada paksaan dan
tekanan dari pihak manapun. Hal ini diharapkan murid-murid akan sukses dengan
bidangnya masing-masing, bahagia karena sesuai dengan apa yang diinginkannya
dan bertanggungjawab akan apa yang menjadi pilihannya. Dengan kata lain semua
pengambilan keputusan harus berpihak pada murid, dan guru berfungsi untuk
memfasilitasi, memoles bakat dan minat yang sudah ada. Kurikulum merdeka sangat
berorientasi pada murid, hal ini terlihat dari kurikulum kelas X di SMA tidak
ada lagi kotak-kotak jurusan MIPA, IPS dan Bahasa. Semua siswa menerima materi
pelajaran secara utuh dan mendalam. Siswa diberikan kebebasan memilih mata
pelajaran sesuai bakat dan minat serta kebutuhannya di kelas XI. Hal ini sangat
menguntungkan siswa, siswa mempelajari mata pelajaran sesuai keinginan. Guru
hanya memberi gambaran, fasilitas dan mengkondisikan siswa agar memilih secara
bertanggungjawab dan sesuai bakat, minat serta kebutuhan. Proses pembelajaran
di kelas, guru menyampaikan pembelajaran berdiferensiasi hal ini
merupakan satu contoh keputusan yang berpihak pada murid. Menerapkan
secara eksplisit maupun implisit KSE adalah wujud nyata untuk
memfasilitasi dan mengasah keterampilan social smosional murid-murid kita.
- Bagaimana seorang pemimpin
pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau
masa depan murid-muridnya?
Seperti
yang sudah saya sampaikan sebelumnya bahwa setiap pengambilan keputusan akan
membawa dampak baik jangka pendek VS jangka panjang bagi murid-murid. Semua
akan terekam dalam memori dan akan menjadi role model bagaimana kelak murid
-murid berpikir dan berpijak. Bagaimana dia mengambil keputusan di masyarakat
dikemudian hari. Pengambilan keputusan bagi seorang pendidik harus keputusan
yang tepat, benar dan bijak melalui pengujian benar salah menggunakan lima uji
yaitu uji legal, uji regulasi, uji instuisi, uji publikasi dan uji panutan atau
uji idola akan menjadikan pengambilan keputusan kita akurat dan teruji sehingga
tidak menyesatkan murid-murid.
- Apakah kesimpulan akhir yang
dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya
dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan akhir yang
saya peroleh dari pembelajatana materi ini dan keterkaitannya dengan modul
sebelumnya adalah pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi atau skill yang
harus dimiiki oleh guru dan harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara
yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran. Secara sadar keputusan itu akan
mewarnai pola pikir dan karakter bagi murid-murid. Sekolah sebagai Lembaga yang
melakukan proses transfer ilmu dan karakter selalu memberikan pelayanan kepada
murid-murid tentu saja banyak pengambilan keputusan yang mewarnai
kebijakan-kebijakan sekolah. Guru sebagai pemimpin pembelajaran secara sadar
mengambil keputusan bijak, dengan mengedepankan regulasi kesepakatan kelas,
keyakinan kelas untuk mewujudkan karakter dan budaya positif dalam kelas.
Pengambilan keputusan harus bertujuan mewujudkan budaya positif dan menggunakan
alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman
dan nyaman (well being). Suasana tersebut akan berdampak
melejitkan kompetensi baik itu pendidik maupun murid. Dalam pengambilan
keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk
menghantarkan muridnya. Murid yang cerdas dan berkarakter, menuju profil
pelajar Pancasila sesuai harapan kita semua. Dalam perjalanannya menuju profil
pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga
diperlukan panduan sembilan langkan pengambilan keputusan dan pengujian
keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut
berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar. Pembelajaran
diferensiasi merupakan salah satu bentuk merdeka belajar, karena dengan
pembelajaran berdiferensiasi maka kebutuhan murid terpenuhi sesuai bakat, minat
dan kecenderungan gaya belajarnya. Pembelajaran kokulikuler juga salah satu
implementasi untuk mewujudkan karakter pelajar Pancasila. Berbagai tema dan
dimensi yang disiapkan memungkinkan murid terbiasa dengan nilai-nilai
positif dan pada akhirnya menjadi pembiasaan.
- Sejauh mana pemahaman Anda
tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema
etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip
pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.
Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Yang saya fahami dari
konsep-konsep modul ini adalah Ada 4 paradigma pengambilan keputusan
- Individu lawan masyarakat
- kebenaran lawan kesetiaan
- keadilan VS belas kasihan
- Jangka Pendek VS jangka panjang
Ada 3 prinsip mengambil
keputusan
- berfikir berbasis akhir
- berfikir berbasi aturan
- berfikir berbasi rasa peduli
Ada 9 tahapaan pengambilan
dan pengujian keputusan
- Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang
salingbertentangan
- Menentukan siapa yang terlibat dalam
situasi ini
- Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan
dalam situasi ini
- Pengujian benar atau salah (uji
legal, uji regulias, uji instuisi, uji publikasi, uji panutan/idola)
- Pengujian paradigma benar atau salah
- Prinsip pengambilan keputusan
- Investigasi tri lema
- Buat keputusan
- meninjau kembali keputusan dan
refleksikan
Hal-hal yang menurut saya
diluar dugaan adalah ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya
berdasarkan sesuai pemikiran saja namun perlu melihat 4 paradigma, 3 prinsip
dan melakukan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Selama ini saya
berpikir terlalu cepat dan reaktif sehingga keputusan yang saya ambil perlu
ditinjau kembali agar tidak merugikan banyak orang.
- Sebelum mempelajari modul ini,
pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam
situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda
pelajari di modul ini?
Sebelum mempelajari modul
ini saya pernah mengambil keputusan dengan situasi dilema etika. Namun
tidak mengikuti 9 langkah pengambilan keputusan. Keputusan yang saya ambil
biasanya hanya dari dua hal yang pertama sesuai dengan regulasi dan tidak merugikan
orang lain. Tidak melalukan uji benar vs benar. Dalam modul ini saya belajar
Langkah-langkah pengambilan keputusan dengan tepat dan akurat karena ada 5 uji
benar vs benar.
- Bagaimana dampak mempelajari
konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam
mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul
ini?
Sebelumnya
izinkan saya bersyukur atas apa yang sudah saya temui pada modul 3.1 ini.
Banyak ilmu yang saya terima dan insyaalloh akan sangat bermanfaat untuk hari
ini dan masa yang akan datang. Konsep yang saya pelajari memberikan dampak luar
biasa bagi pola pikir saya. Sebelum bertemu dengan modul ini saya berpikir
bahwa pengambilan keputusan hanya berdasarkan regulasi saja. Ternyata banyak
hal yang menjadi dasar, ada 4 paradigma dilemma etika yaitu: individu lawan
kelompok (individual vs community), rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice
vs mercy), kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), jangka
pendek lawan jangka panjang (short term vs long term). Serta konsep
pengambilan dan pengujian keputusan, sehingga saya lebih yakin dengan apa yang
sudah saya tetapkan sebagai satu keputusan. Saya berencana akan
mengimplementasikan dalam setiap pengambilan keputusan baik sebagai pemimpin
pembelajaran maupun dalam ikut serta pengambilan kebijakan di sekolah dan
komunitas praktisi yang saya ikuti. Saya berharap pengambilan keputusan
yang saya lakukan akan selalu berpihak pada murid.
- Seberapa penting mempelajari
topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai
seorang pemimpin?
Bagi saya materi pada
modul 3.1 sangat penting dan bermakna. Di lingkungan sekolah guru sebagai
pemimpin pembelajaran dan sebagai warga sekolah banyak keputusan yang akan
dikeluarkan menghasilkan kebijakan -kebijakan yang akan mewarnai perjalanan
sekolah untuk mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar Pancasila. Guru
harus memiliki keterampilan pengambilan keputusan untuk dapat mewujudkan itu
semua. Keputusan yang bernilai kebajikan dan mampu mengimplementasikan 9
langkah pengambilan keputusan, sesuai 4 paradigma 3 prinsip penyelesaian
dilemma serta tiga uji yang sejalan dengan prinsip pengambilan
keputusan yaitu: Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based
Thinking), Uji publikasi, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis
hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir dan Uji
Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based
Thinking), dimana ini berhubungan dengan golden rule .
Demikian koneksi antar materi yang saya paparkan, saya menyadari masih sedikit
ilmu yang saya peroleh untuk itu mohon masukan dan informasi mendalam untuk
perbaikan. Saya berharap selalu dapat memperbaiki proses menjadi lebih baik,
karena saya yakin proses tidak akan menghianati hasil. Guru tergerak, bergerak
dan menggerakan. Guru bergerak Indonesia maju.
Comments
Post a Comment