Latar Belakang
Ilmu Takhrij adalah merupakan kunci perbendaharaan hadist. Faedahnya sangat jelas ketika kita mengetahui suatu hadist, tetapi kita tidak mengenal hakekat hadist tersebut apakah ia benar-benar bersumber dari Rasulullah SAW atau tidak. Hal itu karena ilmu takhrij memperkenalkan :
- Kitab-kitab asli terdapatnya hadist-hadist Rasulullah SAW.
- Apakah hadist-hadist tersebut benar dari Rasulullah SAW atau tidak.
- Komentar-komentar para ulama sekitar hadist-hadist baik pengertiannya, nasakh dan mansukhnya, sebab-sebab timbulnya atau tentang keumuman dan kekhususannya, dll.
Ilmu takhrij juga memperkenalkan metode-metode untuk dapat sampai pada hadist yang diikehendaki. Masing-masing metode dapat dipergunakan tanpa ada keharusan hubungan dengan metode lainnya. Bila kita telah memahami masing-masing metode dengan baik, maka tentunya akan lebih mudah lagi mencari hadist yang kita maksudkan.
Setiap kitab-kitab induk hadist tersusun menurut susunan tertentu yang berbeda satu sama lainnya. Ini memerlukan suatu cara ilmiah yang membuat penelitian pencarian hadist menjadi praktis. Cara ilmiah praktis inilah yang menjadi kajian ilmu takhrij.
Untuk mendapatkan kemudahan dalam melakukan takhrij suatu hadist, maka kita harus mengetahui metode atau langkah-langkah dalam takhrij. Tekhnik pembukuan buku-buku hadist pada zaman ulama dahulu memang beragam, dan banyak sekali macamnya. Diantaranya ada yang secara tematik, pengelompokan hadist berdasarkan tema-tema tertentu seperti kitab Al-Jami’ Ash-Shagir karya As-Syuyuti dll. Semua itu dilakukan oleh para ulama dalam rangka memudahkan umat Islam untuk mengkajinya sesuai dengan kondisi yang ada.
Tujuan dan Manfaat
Takhrij hadist bertujuan untuk mengetahui sumber asal hadist dan juga untuk mengetahui keadaan hadist tersebut yang berkaitan dengan maqbul & mardud-nya. Sementara manfaat takhrij sangatlah banyak diantaranya adalah kita dapat mengetahi keadaan hadist sebagaimana yang dikehendaki atau yang ingin dicapai pada tujuan pokoknya. Dapat mengetahui keadaan sanad hadist dan silsilahnya berapapun banyaknya. Dapat mengetahi pandangan para ulama terhadap ke-shahihan suatu hadist. Dapat membedakan mana para perawi yang ditinggalkan atau yang dipakai. Dapat menetapkan suatu hadist yang dipandang mubram menjadi tidak mubram karena ditemukannya beberapa jalan sanad, atau sebaliknya.
Pengertian
Secara etimologis takhrij berasal dari kata kharaja yang berarti tampak atau jelas. Secara terminologis adalah menunjukkan tempat hadist pada sumber aslinya yang mengeluarkan hadist tersebut dengan sanadnya dan menjelaskan derajatnya ketika diperlukan.
Metode Takhrij Hadis
Sesuai dengan cara ulama mengumpulkan hadist-hadist dapatlah kita katakan bahwa metode-metode takhrij hadist disimpulkan dalam 5 macam metode :
1. 1.Takhrij menurut lafal pertama hadist.
Penggunaan metode didasarkan atas lafadz pertama matan hadist. Berarti metode ini juga mengkodivikasikan hadist-hadist yang lafal pertamanya sesuai dengan urutan huruf-huruf Hijaiyah, seperti hadist-hadist yang huruf pertamanya alif, ba’, ta’, dst. Melalui metode ini, pentakhrij terlebih dahulu menghimpun lafadz pertama hadist berdasarkan huruf hijaiyah. Setelah pentakhrij mengetahui lafadz pertama yang terletak dalam hadist tersebut, selanjutnya ia mencari lafadz itu dalam kitab-kitab takhrij yang disusun sesuai dengan metode ini berdasarkan huruf pertama, huruf kedua dst. Contoh, hadits yang berbunyi من غشانا فليس منا Langkah pertama, karena lafadz pertamanya adalah من , maka pentakhrij harus mencarinya pada bab mim ( م ). Langkah kedua mencari huruf nun ( ن ) setelah mim ( م ) tersebut. Ketiga, mencari huruf-huruf selanjutnya yang mengiringinya, yaitu ghain ( غ ), dan demikian seterusnya.
Kelebihan dan kekurangan
Kelebihan dari menggunakan metode takhrij menurut lafal pertama hadist adalah :
- Meskipun tidak hafal semua hadist, dengan lafal pertama saja dapat dengan cepat menyampaikan pada hadist yang dicari.
- Akan ditemukan hadist lain yang tidak menjadi obyek pencarian dan mungkin dibutuhkan.
Kekurangan dari menggunakan metode takhrij menurut lafal pertama hadist adalah :
- Jika terdapat kelainan lafal pertama misalnya lafal yang diingat bukanlah lafal awal hadist maka akan berakibat sulit menemukan hadist tersebut.
Kitab-kitab yang menggunakan metode ini :
Al-Jami As-Shagir min hadist Al-Basyir Al-Nadzir kitab ini dikarang oleh JAlaludin As-Syuyuti, dalam kitab ini beliau menghimpun dan menyusun hadist-hadist yang diatur berdasarkan urutan huruf hijaiyah mulai dari huruf alif, ba’, ta’ dst. Dalam menjelaskan kualitas hadist, kitab ini menggunakan kode-kode tertentu seperti berikut: صح untuk hadits berkualitas shahih; ح untuk hadits berkualitas hasan; dan ض untuk hadits berkualitas dla'if. Sedangkan untuk kode mukharrij dari hadits yang bersangkutan digunakan kode خ untuk Bukhari, م untuk Muslim, حم untuk Ahmad, ت untuk Turmuzhi.
2. 2. Takhrij melalui kata-kata dalam matan hadist
Metode ini tergantung kepada kata-kata yang terdapat dalam matan hadist, baik itu berupa isim (nama benda) atau fi’il (kata kerja). Huruf-huruf tidak digunakan dalam metode ini. Hadist-hadist yang dicantumkan hanyalah bagian dari hadist. Adapun utama-utama yang meriwayatkannya dan nama kitab-kitab induknya dicantumkan di bawah potongan hadist-hadistnya. Para penyusun kitab-kitab takhrij hadist ini menitik beratkan peletakan hadist-hadistnya menurut lafal-lafal yang asing, sehingga semakin asing (ghaib) suatu kata, maka pencarian hadist akan semakin mudah dan efisien.
Kelebihan dan kekurangan
Metode takhrij melalui kata-kata dalam matan hadist memiliki beberapa kelebihan, diantaranya :
- Metode ini mempercepat pencarian hadits-hadits.
- Hadits-hadits dibatasi dalam beberapa kitab-kitab induk dengan menyebutkan nama kitab, juz, bab dan halaman.
- Memungkinkan pencarian hadits melalui kata-kata apa saja yang terdapat dalam matan hadits.
Sedangkan untuk kekurangannya yaitu:
- Keharusan memiliki kemampuan bahasa Arab dan ilmu-ilmu pendukungnya. Karena metode ini menuntut untuk mengembalikan kata-kata kuncinya kepada kata dasarnya.
- Metode ini tidak menyebutkan nama perawi dari kalangan sahabat. Untuk mengetahui ama-ama sahabat yang menerima hadits ini dari nabi SAW mengharuskan kembali kepada kitab-kitab aslinya setelah mentakhrijnya dengan kitab ini.
- Terkadang hadits tidak langsung ketemu dengan satu kata sehingga harus menggunakan kata-kata lain.
Kitab-kitab yang menggunakan metode ini :
Al-Mu’jam Al-Muhfaras Li Alfaazh Al-Hadits An-Nabawy yang proses penyusuna dan penerbitan dilakukan oleh A.J Wensinck, seorang orientalis dan Guru Besar Bahasa Arab di Universitas Leiden.
3. 3. Takhrij melalui perawi hadits pertama
Metode ini berlandaskan pada perawi pertama suatu hadits, baik dari kalangan sahabat maupun tabi’i. Langkah pertama ialah mengenal terlebih dahulu perawi pertama setiap hadits yang akan kita tahkrij melalui kitab-kitabnya. Selanjutnya mencari nama perawi pertama dalm kitab dan mencari hadits yang kita inginkan yang tertera dibawah nama perawi pertamanya tersebut. Setelah ketemu kita dapat mengetahui pula Ulama hadits yang meriwayatkannya.
Kelebihan dan kekurangan
Diantara kelebihan-kelebihan yang dimilikinya ialah :
- Memperpendek masa proses takhrij dengan diperkenalkannya Ulama hadits yang meriwayatkan beserta kitab-kitabnya.
- Memberikan manfaat seperti memberikan kesempatan untuk melakukan persanad dan faedah-faedah lain yang disebutkan penyusunnya.
Adapun kekurangannya ialah :
- Harus mengetahui perawi pertama hadits yang dimaksud.
- Terdapat kesulitan dalam mencari hadits karena penyusunan hadits berdasar perawinya.
Kitab-kitab yang menggunakan metode ini :
Kitab-kitab Al- Athraaf yaitu kitab yangdisusu sebagai kumpulan Hadits-hadits nabi. Seperti Athraaf Al-Shahihain, karangan Al-Hafizh Imam Abu Mas’ud Ibrahim bin Muhammad bin ‘Ubaid Al-Dimasyqy, Athraaf Al-kutub Al-Sittah, karangan Ibnu Al-Qaysarany.
Kitab-kitab Musnad yaitu kitab-kitab tahkrij yang disusun berdasarkan perawi teratas. Yang terkenal adalah Musnad Imam Ahmad bin hanbal (kitab musnab secara umum). Beberapa kitab musnab yang lain : Musnad al-Humaidi, Musnad Abi Daud Al-Thayaalisy, dan lainnya.
4. 4.Takhrij menurut thema hadits
Metode ini diawali dengan mengenal thema dari hadits yang akan kita takhrij. Kemudian kita mencarinya melalui thema pada kitab-kitab metode ini. Serigkali ada bermacam-macam tema dalam satu hadits, maka kita harus mencari pada thema-thema tersebut. Ketidaktahuan thema hadits akan menyulitkan pross takhrij.
Kelebihan dan kekurangan
Kelebihan dari menggunakan metode ini:
- Metode ini tidak membutuhkan pengetahuan-pengetahuan lain di luar hadits, hanya perlu mengetahui kandungan thema hadits.
- Mendidik ketajaman pemahaman Hadits pada diri peneliti.
- Memperkenalkan kepada peneliti maksud hadits yang dicarinya dan hadits-hadits yang senada dengannya.
Adapun kekurangannya yaitu:
- Terkadang kandungan hadits sulit disimpulkan oleh seorang peneliti hingga tidak dapat menentukan themanya.
- Terkadang pemahaman peneliti tidak sesuai dengan pemahama penyusun kitab. Sebagai akibatnya penyusun kitab meletakkan hadits pada posisi yang tidak terduga oleh peneliti.
Kitab-kitab yang menggunakan metode ini :
Di antara kitab yang dapat membantu kegiatan takhrij dengan metode ini adalah Miftah Kunuz al-Sunnah, al-Jawami' al-Shahih, al-Mustadrak 'ala Shahihain, Jam'u al-Fawaid min Jam'i al-Ushul wa Majma' al-Zawaid.
5. 5.Takhrij berdasarkan status hadits
Metode ini mengetengahkan suatu hal yang baru berkenaan dengan upaya para ulama yang telah menyusun kumpulan hadits-hadits berdasarkan status haditsnya seperti hadits Qudsi, Hadits Masyhur, hadits Mursal, dll.
Kelebihan dan kekurangan
Kelebihan metode ini dapat memudahkan proses takhrij, karena hadits-hadits yang diperlihatkan berdasarkan statusnya jumlahnya sangat sedikit dan tidak rumit.
Sedangkan kekurangannya yaitu terbatasnya kitab-kitab yang memuat hadits menurut statusnya.
Kitab-kitab yang menggunakan metode ini :
Di antara kitab yang disusun menurut metode ini adalah: al-Azhar al-Mutanatsirah fi al-Akhbar al-Mutawatirah karya Suyuthi, yang memuat hadits-hadits mutawatir; al-Ittihafath al-Saniah fi al-Ahadits al-Qudsiyah karya al-Madani yang memuat hadits-hadits qudsi, dll.
Comments
Post a Comment